Rabu, 16 Januari 2013


Masih Ada Tuhan

                Bukan salah siapapun jika nyatanya hujanpun tak mampu menghapuskan dosa terkutuk itu, Nadia terus berlari tanpa menghiraukan petir yang terus saja turun bergantian, butiran bening yang terlambat terbendung itu begitu saja lenyap menyatu dengan hujan. “aaaaaaaaarrgggghhhh….” Teriak Nadia sekuat tenaga, “tidak, jangan lagi, tiddaaaaakk ! jangan ganggu aku, kau telah merebut apa milikku, jangan ganggu aku lagi !” bayangan lelaki itu tak hentinya muncul dalam pikirnya. lelaki yang dulu sangat ia cinta, tapi seketika kandas hingga akhir kisah itupun tercipta.
                Nadia adalah anak yang cantik, pandai dan selalu mengikuti nasehat orang tua. Dia adalah salah satu yang dibanggakan dari desa Nuntunbanyu karena kecantikan dan suaranya yang merdu, hingga dia menjuarai satu perlombaan menyanyi dan membuatnya besar kepala yang kemudian semakin berubah ketika ia mulai mengenal Vino cinta pertamanya. Nadia yang sebelumnya berkata lembut, sekarang berubah menjadi kasar, bahkan kepada orang tuanya, Nadia mulai berani mengambil uang ayahnya yang telah di cari dengan susah payah hanya untuk membuat teman-temannya semakin terkesan dengannya,  dia juga mulai terjerumus ke dalam hal-hal yang sering di alami anak muda jaman sekarang, “Pergaulan Bebas”. Malam itu Nadia mendapati janji untuk pergi dengan Vino, “Nak, kamu mau kemana?” Tanya ibu , “hanya pergi sebentar  sama Vino” jawab Nadia datar, “pergi kemana? Ini sudah malam nak.” “udah deh ibu nggak usah banyak tanya ini urusan Nadia” bentak Nadia, “Astagfirullahaladzim, Nadia ibu hanya takut terjadi apa-apa sama kamu” “Nadia bisa jaga diri” blak.. dengan amarah Nadia membanting pintu dan berlalu. setelah kejadian itu Nadia berniat untuk tidak pulang dan memilih menginap di kontrakan Vino, tapi na’as karena keputusan tersebut  Nadia menjadi kehilangan kendali dan terenggut kesuciannya, sedangkan Vino entah menghilang kemana setelah itu. Nadia merasa galau dan putus asa dia tak tau lagi apa yang harus dia lakukan , Nadia tak mungkin pulang ke rumah dia takut dan yang pasti malu kepada keluarganya.
                Hujanpun semakin deras namun Nadia terus saja berjalan hingga akhirnya dia tak sadarkan diri, kala itu jarang pejalan kaki bahkan tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan yang di lewati Nadia, setelah beberapa menit berlalu,  “innalilah, siapa ini ? dia butuh pertolongan aku harus menolongnya.” Lelaki tersebut segera membawa Nadia untuk sekedar berteduh di Masjid terdekat. “eghm,, saya di mana? Apakah saya telah meninggal?” keluh Nadia seusai kesadarannya, “haha, tidak nona anda sedang berada di masjid, maaf jika saya lancang membawa nona kemari, silahkan minum dulu tehnya nona pasti kedinginan” ucap lelaki itu, “iya terimakasih banyak, anda baik sekali (sembari meneguk teh) maaf sebelumnya nama anda siapa? Mengapa anda menolong saya ? “ kata Nadia “nama saya Mandala, saya menolong anda tidak ada maksud apapun selain hanya untuk membantu sesama, dan nona? Siapa nama nona? Mengapa nona berjalan sendiri di tengah hujan petir seprerti ini?” “Nama saya Nadia, emm saya kabur dari rumah, saya merasa malu bila saya terus saja berada di rumah orang tua saya” jawab nadia tertunduk lemas, “mengapa harus malu? Jika memamng ada masalah Nadia bias cerita kepada saya, saya akan menjadi pendengar yang baik tentunya, dan anda dapat mempercayai saya” “tolong jangan beri tahu siapapun soal ini, sebenarnya aku malu kepada keluargaku karena aku telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, hhhhhmm (hela nafas Nadia begitu berat) aku telah kehilangan kesucianku dan lelaki itu kabur entah kemana setelah merenggut semua itu, aku ternoda, aku kotor.” Kata Nadia dengan penuh amarah di sertai tangis yang baru terisak. “astagfirullahaladzim, Nadia yang sabar ya, Allah pasti punya rencana yang terbaik untukmu percayalah bahwa di hidupmu masih ada Tuhan yang perduli dan mengasihimu “ “Mandala apakah saya masih pantas untuk berharap bahwa Allah akan memaafkan kesalahanku itu? aku takut jika nantinya Allah akan memberikan karma kepadaku, terlebih ibuku dia sangat baik dan menyayangiku, “ tanya yang berarti “ Nadia kamu pasti percaya bahwa Allah maha pemaaf apabila hambanya bersungguh-sungguh memohon ampunan untuk bertaubat, jadi jika memang kamu ingin kembali ke jalan yang benar jangan pernah berfikir gagal dan takut, kembalilah dan dan pulang kepada orang tuamu di rumah, “ “baiklah mandala aku akan bertaubat dan pulang meminta maaf kepada keluarga di rumah,” senyum Nadia mengembang seketika dengan rasa semangat di maknanya, “yasudah, mari kita sholat ashar, ini sudah waktunya” “iya Mandala terimakasih banyak, anda benar-benar malaikat penolong bagi saya” mandala hanya membalas dengan senyum ikhlasnya.
                Setelah selesai menunaikan sholat, Nadia berpamitan kepada Mandala untuk pulang ke rumah dan meminta Mandala untuk mampir bila ada waktu. Sesampainya di rumah Nadia langsung mencari ibunya dan kemudian bersujud din telapak kaki ibunda “ maafkan Nadia bu, Nadia memang salah, Nadia memang tidak seharusnya berkata kasar kepada ibu, maafkan Nadia karena tidak mau menuruti apa kata ibu sampai Nadia kehilangan kesucian Nadia (Nadia mulai menangis dan mempererat genggamannya di kaki ibunda) maafkan Nadia bu” “sudahlah nak, bangun, ibu tidak apa-apa itu semua sudah terlanjur dan tak akan pernah bisa di ulang lagi, kembalilah ke jalan yang benar dan jangan pernah tinggalkan ibu lagi, “ ucap ibu seraya memeluk anak perempuannya itu, “terimakasih ibu, Nadia sangat menyayangi ibu” saat itu tangis bahagia mengelilingi rumah kecil di sudut desa mangkubumi (terimakasih ya Allah hamba janji akan selalu menjaga keluargaku dan kembali ke jalan-Mu, terimakasih atas kebahagiaan ini Tuhan , saya tau setiap kesulitan pasti akan tetap ada kemudahan, Alhamdulillah) Nadia percaya bahwa Masih ada tuhan dalam hidupnya.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar